Jumat, 01 Mei 2009

The Truth Is Outhere

Dan Dia lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan”.
(QS : Ar-Rad : 3)

Ayat di atas adalah sebuah bukti bahwa sejak lebih dari empat belas abad yang lalu, Al Quran telah memperingatkan kita untuk belajar dari alam sebagai ciptaan-Nya. Sebuah warning atau bisa dikatakan perintah tanpa menggurui. Ini adalah pemberitahuan yang sangat halus dan indah.

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati(kering)nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan “.
(QS : Al Baqarah : 164)

Alangkah indahnya jika seseorang dalam setiap petualangannya diiringi perenungan tentang gunung yang didakinya, tentang laut yang diseberanginya, tentang jeram yang diarunginya, tentang gua yang ditelusurinya dan tentang malam dan siang yang dilaluinya.

“Dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kukuh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata untuk menjadi pelajaran dan peringatan bagi tiap-tiap hamba yang kembali (mengingat Allah)”.
(QS : Qaf : 7-8)

Sehingga seseorang dalam setiap petualangannya tidak hanya merasakan kepuasan materiil saja, tetapi kebutuhan spiritual niscaya akan terpenuhi, karena petualangan yang diserta perenungan tidak hanya melihat keindahan dari mata lahiriah saja, tetapi dapat melihat hikmah yang ada di balik keindahan, yang jika hikmah itu telah ditemukan maka niscaya akan membuat kita bersyukur akan nikmat-Nya.

“Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak guncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk”.
(QS : An Nahl : 15)

Dan jika seorang petualang telah menjejali hatinya dengan kepuasan atas petualangan yang disertai perenungannya, bersyukur adalah puncaknya dan petunjuk adalah permohonannya.

“Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran”
(QS : Al Hijr : 19)

Pada akhirnya seorang petualang akan menyadari kemahabisaan-Nya dan akan menginsyafi kemahatidakmampuannya. Di ujung perjalanannya, seorang petualang mungkin akan menemukan dirinya dan kemahaterbatasannya.

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal….”
(QS : Ali Imran : 190)

Ada banyak pelajaran yang patut direnungi di luar sana bagi kita yang mengaku berakal. Ada banyak hikmah yang bisa kita gapai di luar sana bagi kita yang mengaku mampu berfikir. Ya ! ada kebenaran di luar sana. The Truth Is Outhere.***

1 komentar:

Gima mengatakan...

sesah ah ngomentaranana oge, tapi setuju pisan kalau sekarang banyak orang yang berakal tapi tidak mau berpikir...alias kehilangan akal??!!